Bisakah Campuran B50 Indonesia Memenuhi Kebutuhan Energi dan Pasokan?

Indonesia, produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, berencana memanfaatkan cadangan besar ini sebagai sumber energi terbarukan. Sejak 2008, negara ini telah mencampur minyak sawit dengan diesel berbahan bakar fosil untuk menghasilkan biodiesel, dimulai dengan campuran B2.5.

Seiring waktu, campuran ini terus meningkat. Saat ini, menurut laporan dari Diplomat, Indonesia menggunakan campuran B35 dan berencana menaikkannya menjadi B40 tahun depan. Presiden terpilih Prabowo Subianto bahkan menargetkan campuran B50 pada tahun 2029.

Proyek Ambisius

Inisiatif ini adalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil impor, memperkuat sektor pertanian, dan mengurangi emisi karbon.

Namun, rencana peningkatan campuran biodiesel telah menimbulkan kekhawatiran terkait rantai pasokan minyak sawit global, mengingat peran dominan Indonesia dalam industri ini.

Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 46 juta ton minyak sawit, menguasai 59 persen pangsa pasar global. Pola konsumsi domestik telah berubah, dengan penggunaan biodiesel yang melampaui konsumsi pangan untuk pertama kalinya.

Tantangan untuk Indonesia

Produksi minyak sawit stagnan sejak 2020, dengan output tahun lalu masih di bawah tingkat sebelum pandemi 2019. Konsumsi domestik melonjak, dengan penggunaan biodiesel tumbuh 17,5 persen per tahun dari 2019 hingga 2023, dibandingkan dengan peningkatan konsumsi pangan sebesar 1 persen.

Pemerintah mungkin perlu memperketat kuota ekspor atau meningkatkan produksi domestik untuk mengatasi kesenjangan antara produksi dan konsumsi.

Tantangan Ekspor dan Lingkungan

Minyak sawit adalah ekspor utama bagi Indonesia, tetapi ekspor telah menurun, sebagian karena mandat B35 dan kekhawatiran negara-negara Eropa tentang dampak lingkungan dan sosial dari minyak sawit Indonesia.

Jika produksi tidak meningkat, pemerintah mungkin akan memprioritaskan kebutuhan domestik daripada ekspor, yang berpotensi menyebabkan kekurangan global dan memengaruhi industri serta konsumen di seluruh dunia.

Sebaliknya, Indonesia dapat memperluas produksi minyak kelapa sawit, namun perlu dilakukan secara bertanggung jawab untuk menghindari kerusakan lingkungan. Tantangan bagi Indonesia adalah menyeimbangkan tujuan energi dengan implikasi ekonomi dan lingkungan dari industri minyak sawit.

Dengan mengelola rantai pasokan secara cermat dan memastikan produksi berkelanjutan, Indonesia dapat memimpin dalam energi terbarukan tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi atau pasar global.